Senin, 05 Januari 2009

Perilaku seks berisiko di Indonesia






Meningkatnya perilaku seks berisiko di Indonesia, tidak hanya terbatas pada kelompok heteroseksual, tetapi juga pada kelompok lelaki yang suka seks dengan lelaki, antara lain waria penjaja seks, lelaki penjaja seks dan gay.
Kegiatan jasa seks tumbuh pesat di penjuru nusantara. dengan skala kegiatan jasa seks sangat bervariasi. Wanita yang menjaja seks dapat diklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu wanita penjaja seks secara langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan wanita penjaja seks (WPS) langsung yaitu mereka yang menjajakan jasa seks di lokalisasi, rumah-rumah prostitusi, atau di jalanan. Sedangkan penjaja seks tidak langsung, pada umumnya terselubung dalam industri hiburan dan kebugaran, seperti bar, karaoke, panti pijat, dan lain sebagainya. Diperkirakan ada sekitar 190 - 270 ribu wanita penjaja seks di Indonesia, dan ada sekitar 7-10 juta lelaki yang menjadi pelanggan jasa seks. Lebih dari 50 persen lelaki pelanggan tersebut mempunyai pasangan tetap atau berstatus kawin. Ironisnya kurang dari 10 persen yang selalu menggunakan kondom agar tidak tertular infeksi menular seksual termasuk HIV.
Hasil surveilans HIV menunjukkan peningkatan penularan HIV pada wanita penjaja seks. Bila kita tidak berhasil meningkatkan penggunaan kondom pada kegiatan seks komersial, maka penularan akan terus berlangsung tidak hanya dari penjaja seks ke pelanggan atau sebaliknya, tetapi juga meluas ke pasangan tetap (istri) dari suami yang merupakan pelanggan penjaja seks. Walaupun pasangan tetap tersebut hanya berhubungan seks dengan satu orang saja, suaminya. Kegiatan jasa seks tidak hanya terbatas pada perempuan penjaja seks. Dalam jumlah yang terbatas juga mulai tumbuh kegiatan jasa seks yang dilakukan oleh lelaki penjaja seks dan waria.

Perilaku seks berisiko yang lain: Waria dan Lelaki Suka Seks Lelaki
Perilaku seks kaum lelaki ternyata jauh lebih kompleks, karena ada lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki, dengan perempuan, atau dengan waria. Kenyataan bahwa ada kaum lelaki di Indonesia yang berorientasi atau memilih hubungan seks dengan sesamanya juga menumbuhkan industri seks yang lain. Di kota-kota besar di Indonesia tumbuh jasa seks yang dilakukan oleh kaum waria dan juga kaum lelaki yang sama-sama melayani pelanggan lelaki. Pada kelompok waria di Jakarta terjadi meningkatan yang cukup tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (lihat gambar 4.1). Ada peningkatan tajam dari 6 persen di tahun 1997 menjadi 21.7 persen 2002. Peningkatan tajam tersebut dapat juga terjadi pada kelompok lain yang sering melakukan seks anal tanpa pelindung. Diperkirakan saat ini ada sekitar 1,2 juta (600 ribu - 1.7 juta) kelompok gay, sekitar 8-15 ribu waria, dan sekitar 2500 lelaki penjaja seks. Hasil studi perilaku dan survei serologis pada kelompok-kelompok lelaki suka seks lelaki menunjukkan perilaku seks berisiko, yaitu seks anal tanpa menggunakan kondom dan pelumas. Pelumas digunakan pada seks anal agar menghindari perlukaan yang memudahkan terjadi penularan.
Dampak perilaku seks berisiko, terlihat pada kejadian HIV dan riwayat infeksi menular seksual (IMS) yang cukup tinggi, terutama pada waria yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya (lihat gambar 4.2). Seperti diketahui, adanya IMS dapat mempermudahkan penularan HIV. Upaya pengobatan IMS merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mecegah penularan HIV selanjutnya pada kelompok dengan kejadian IMS yang cukup tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar